Ada masa-masa dimana pasar sedang dalam kondisi sangat volatil dan tidak terprediksi. Beberapa orang akan berkata bahwa ini waktu yang tepat untuk rehat sejenak dari pasar.
Namun, yang tidak diketahui banyak orang adalah, ada cara-cara untuk mengambil keuntungan dari kondisi pasar yang seperti itu – Anda hanya harus mengubah cara pikir Anda dan berusaha memahami apa yang sedang terjadi.
NORMAL, KRISIS, ATAU “KRISIS NORMAL”?
Manusia memiliki dua pola perilaku. Pola pertama adalah pola normal yang biasa digunakan di kehidupan sehari-hari. Pola kedua adalah pola yang hanya digunakan saat krisis, atau crisis mode.
Saat aturan-aturan normal sudah tidak berfungsi lagi, tentu saja kita harus mulai memikirkan cara lain untuk bertahan hidup. Krisis memang langka dan jarang terjadi, inilah mengapa manusia cenderung melupakan kemungkinan adanya krisis.
Bagi beberapa orang, sangat sulit untuk mengubah pola pikir dari kondisi “normal” ke kondisi “krisis”, sampai mereka merasakan sendiri ancaman bahaya yang ada. Di tengah kekhawatiran akan serangan hewan liar saat berburu, dan ancaman serangan dari suku lain, sangat mudah bagi nenek moyang kita untuk bersikap waspada setiap waktu.
Namun untuk manusia modern, hal ini sulit dilakukan – kita menghadapi bahaya yang sering kali tidak terlihat sampai efeknya betul-betul terasa, meski kita memiliki alat dan teknologi yang cukup canggih untuk mengatasi masalahnya.
Sebagai contoh, kita bisa evaluasi pandemic yang saat ini tengah berlangsung akibat virus corona – meski kemunculan pertama virus ini berasal dari Cina, saat ini pandemic di Cina sudah berakhir, namun masyarakat dan pemerintah di belahan dunia sedikit terlambat mengambil tindakan, meski mereka tahu persis apa yang bisa terjadi apabila mereka tidak segera bertindak. Kemungkinan hal ini terjadi karena masyarakat di era ini belum pernah secara langsung mengalami krisis dari pandemic, jadi kebanyakan orang tidak percaya atau tidak “menyadari” apa yang sedang terjadi meski banyak institusi dan ilmuwan yang bekerja setiap hari memperingatkan masyarakat dan pemerintah.
Karena pasar finansial digerakkan oleh pembeli dan penjual, pasar finansial juga beroperasi dalam 2 mode, yaitu mode “normal” dan mode “krisis”. Untuk menjadi seorang trader forex sukses, trader harus memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi apakah pergerakan pasar dipengaruhi oleh krisis, dan apakah memang ada alasan untuk panik, atau krisis yang berlangsung hanyalah krisis ringan.
Trader forex harus mampu mengaplikasikan strategi yang berbeda dalam kondisi pasar yang berbeda. Penting untuk mengetahui perbedaan antara krisis ringan dan krisis yang betul-betul gawat, yang akan kita sebut dengan “krisis dunia”. Contoh yang tepat untuk krisis dunia adalah Krisis Ekonomi dari tahun 2007 hingga 2008, Krisis Rudal Kuba di tahun 1962, dan Perang Dunia II dari tahun 1939 hingga 1945, dan Pandemic Virus Corona di tahun 2020.
BAGAIMANA CARA MENGIDENTIFIKASI KRISIS DUNIA?
Ada dua indikasi sederhana yang akan membantu Anda mengidentifikasi apakah krisis yang sedang berlangsung “krisis dunia” ataukah hanya krisis ringan biasa.
Yang pertama adalah, apakah pasar bergerak secara konsisten dengan volatilitas tinggi yang cenderung abnormal? Anda bisa mengukur kondisi tersebut menggunakan indikator Average True Range (ATR) jangka panjang dan membandingkannya dengan rentang harian terbaru pasar saham, forex, dan komoditas. Jika rentang hariannya jauh diatas rata-rata rentang pergerakan jangka panjang, dan pasar saham cenderung dalam kondisi turun, berarti ada krisis besar sedang berlangsung.
Indikasi yang kedua bisa dilihat dari kondisi emosional masyarakat – apakah semua orang yang mengikuti berita dengan ketakutan mengatakan “Saya tidak percaya hal ini terjadi, apakah ini benar-benar terjadi”? Jika Anda menemukan banyak orang mengatakan hal-hal seperti itu, dan pasar saham jatuh dan pergerakannya sangat volatil, Anda sedang mengalami krisis dunia.
TIPS TRANSAKSI FOREX KETIKA KRISIS DUNIA SEDANG BERLANGSUNG
Trading forex, saham, maupun komoditas saat krisis sedang berlangsung memang sangat berbahaya, namun juga ada potensi untuk meraup keuntungan yang tinggi. Berikut ini adalah 10 aturan pokok yang harus diikuti trader saat bertransaksi pada masa krisis dunia, tidak hanya untuk meraup keuntungan, namun juga untuk menghindari kerugian besar:
- Waspada dan pahami bahwa rentang pergerakan pasar paling tidak akan sebesar pergerakan hariannya dari awal krisis dimulai.
- Ada kemungkinan besar pasar saham jatuh 50% hanya dalam beberapa hari.
- Krisis dunia adalah satu-satunya momen dimana tindakan yang paling masuk akal adalah menjual di pasar saham.
- Minggu-minggu pertama dari masa krisis dunia adalah bagian yang memiliki oportunitas trading paling menguntungkan.
- Usahakan untuk bertransaksi dalam jumlah lot yang kecil.
- Atur stop loss level cukup dekat dengan level open order Anda, relatif dengan volatilitas yang berlangsung.
- Anda tidak perlu memperhitungkan level resistance dan support, bahkan dalam Forex, karena pada masa krisis, umumnya level resistance dan support akan dikalahkan dengan sentimen yang kuat dan kurangnya likuiditas.
- Jangan menutup transaksi terlalu cepat dengan mencari target profit.
- Tidak perlu merasa Anda harus transaksi semua instrumen yang ada.
- Jangan transaksi saat Anda merasa panik!
Dalam krisis yang lebih sederhana, para penjual cenderung terperangkap dip-buyer.
Bahkan, hari pertama dari krisis dunia biasanya adalah waktu yang tepat untuk bertransaksi.
Ini sangat, sangat penting. Memang terkadang sangat menggoda untuk bertransaksi dalam volume yang besar, sehingga saat prediksi Anda benar, keuntungan yang Anda peroleh bisa berlipat ganda. Namun, penting untuk diingat bahwa volatilitas yang sangat tinggi bisa mempengaruhi transaksi Anda secara signifikan jika Anda melakukan transaksi dalam volume besar.
Jangan salah arah dengan berasumsi karena volatilitas yang tinggi, Anda perlu mengatur stop loss level Anda cukup lebar untuk mempertahankan posisi Anda. Tidak masalah jika Anda mempertahankan posisi transaksi yang rapat dalam volume kecil, karena trader-trader sukses juga mereka yang sering mengalami kerugian dalam transaksi.
Satu-satunya pengecualian adalah saat pergerakan harga sudah menyentuh batas rata-rata rentang harian, dan menunjukkan tanda-tanda perputaran arah yang cukup kuat.
Tunggu momen perputaran aksi harga, bahkan saat menggunakan time frame yang pendek. Jika Anda terpaku pada exit target, pola Anda akan terlalu konservatif, yang mengakibatkan Anda kehilangan kesempatan untuk meraup keuntungan lebih banyak.
Cukup bertransaksi di satu indeks saham besar, atau satu komoditas besar, atau satu pasangan mata uang saja dalam satu waktu, meskipun Anda bisa saja berganti antara satu dengan yang lainnya sesekali. Ingat baik-baik bahwa korelasi antara satu pasar dengan pasar lainnya sangat tinggi di masa krisis, jadi perhatikan dengan teliti resiko yang ada dengan 3 transaksi berjalan dan jangan lupakan faktor volatilitas yang tinggi saat Anda memperhitungkan transaksi Anda.
Saat krisis dunia, ada kemungkinan dimana orang-orang terdekat Anda sedang menghadapi bahaya atau kesulitan. Tidak mudah mengambil keputusan trading saat Anda sedang khawatir apakah Anda terkena virus atau tidak! Jika kesehatan mental Anda sedang tidak stabil, istirahatlah – masih banyak kesempatan di hari mendatang.
APA SAJA YANG BISA DITRANSAKSIKAN SAAT KRISIS DUNIA?
Aset terbaik dalam masa krisis dunia adalah aset-aset yang biasanya memiliki arus pergerakan harga yang kuat, yang juga mampu mempertahankan tingkat likuiditas yang cukup sehingga tidak menyebabkan masalah serius. Berikut ini adalah beberapa contoh:
1. Indeks saham besar seperti S&P 500, Dow Jones Industrial Index, DAX, atau Nikkei 225. Biasanya, tindakan paling bagus adalah untuk menjual indeks-indeks dari Amerika, sampai krisis menunjukkan tanda-tanda berakhir dan indeks-indeks tersebut bisa di beli untuk jangka panjang. Indeks Amerika yang tergolong besar adalah S&P 500 dan Dow Jones Industrial Index.
2. Crude oil, yang hampir pasti turun drastis karena permintaan global yang juga menurun drastis.
3. Logam mulia seperti emas dan perak kemungkinan besar mengalami pergerakan yang cukup kuat, antara naik atau turun, tergantung pada efek dari krisis yang sedang berlangsung, logam mulia cenderung rumit jadi trader pemula disarankan untuk menghindari instrumen yang satu ini.
4. Untuk pasangan mata uang, yang pada umumnya tidak memiliki arus pergerakan yang kuat, bisa menjadi salah satu instrumen dengan pergerakan paling volatil pada saat krisis terjadi, dikarenakan bank sentral dunia terpaksa mengambil tindakan drastis dengan kebijakan moneter.
Secara logika, strategi yang paling masuk akal adalah pertama-tama mengidentifikasi negara mana yang terkena dampak paling berat dari krisis, dan mengambil posisi jual pada mata uang negara tersebut, sebaliknya, mengambil posisi beli mata uang-mata uang yang tergolong “safe heaven” (biasanya Yen Jepang, Franc Swiss, dan Dollar AS).
Kategori: Strategi Forex
Anda dapat juga diskusi dan sharing di Forum Trader Forex Indonesia